Dari Sistem informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) BPBD Kota Sukabumi, selama Januari s/d 31 Oktober 2022, secara aggregate tercatat sebanyak 166 kali kejadian, yang tersebar di 7 (tujuh) Kecamatan.
Akibat kejadian tersebut ditaksir nilai kerugian mencapai Rp 10,9 milyar. Dengan luas area 67,14 Ha, dan 945 KK terdampak, diantaranya 25 (dua puluh lima) orang mengungsi, meninggal 2 (dua) 0rang, luka ringan 7 (tujuh) orang, 821 unit bangunan rusak, 56 unit rusak berat, 192 unit rusak sedang dan 573 unit rusak ringan.
Frekuenasi tertinggi yang dilaporkan oleh masyarakat terjadi di Bulan Februari, tercatat 35 kasus disusul bulan Oktober 30 kasus dan terendah bulan April 4 kasus.
Tanah Longsor dan Cuaca Ekstrem paling mendominasi masing-masing 55 kali dan 41 kali Terendah Angin Puting Beliung 2 (dua) kali. Aggregate nilai kerugian terbesar berasal dari jenis Banjir Rp 5,2 milyar dengan prakiraan 55.250 Ha terdampak.
Disusul taksiran kerugian Tanah Longsor Rp 3.3 milyar dan prakiraan luas area terdampak 6,537Ha. Sementara wilayah tertinggi ada di Kecamatan Cikole (31 kali) yang berasal dari Kelurahan Subangjaya (15 kasus), terendah di Kecamatan Gunung Puyuh (17 kali) yang kejadian tertinggi berasal dari Kelurahan Sriwidari (9 kasus) dan Kecamatan Citamiang (17 kali) yang kejadian tertinggi berasal dari Kelurahan Nanggeleng (5 kasus).
Sementara itu khusus bulan Oktober tercatat 30 kasus kejadian. Cuek Balong mendominasi terjadi terdiri dari Banjir (5 kali) Cuaca Ekstrem (5 kali) Longsor (15 kali) dan kebakaran (5 kasus) dengan jumlah jiwa terdampak 113 orang, bangunan rusak 100 unit dengan taksiran nilai kerugian Rp 2,1 milyar dengan 6,16 Ha terdampak dan satu orang meninggal karena faktor kormobid.
Tingginya aduan di bulan Oktober tidak terlepas dari cuaca dan hujan yang makin intens terjadi. Karena BMKG merilis saat ini sudah memasuki musim penghujan yang ditandai dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga memicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti Cuek Balong (Cuaca Ekstrem, Banjir Longsor).
Sementara wilayah tertinggi Kecamatan Cikole (31 kali) yang berasal dari Kelurahan Subangjaya (15 kasus), terendah di Kecamatan Gunung Puyuh (17 kali) yang kejadian tertinggi berasal dari Kelurahan Sriwidari (9 kasus) dan Kecamatan Citamiang (17 kali) yang kejadian tertinggi berasal dari Kelurahan Nanggeleng (5 kasus).
Berikut ringkasan jenis kejadian, frekuensi, taksiran nilai kerugian (Rp) dan area berdampak (M2) diantaranya :
- Tanah Longsor 55 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp. 3.3 milyar dan prakiraan luas area terdampak 6.537 M²;
- Cuaca Ekstrem 41 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp. 754 juta dan prakiraan luas area terdampak 1.772 M²;
- Banjir 34 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp. 5.2 milyar dan prakiraan luas area terdampak 57.200 M²;
- Kebakaran 31 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp. 1.5 milyar dan prakiraan luas area terdampak 1.402 M²;
- Puting Beliung 2 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp. 16 juta dan prakiraan luas area terdampak 190 M²;
- Gempa 3 kali, dengan sebaran di 7 (tujuh) Kecamatan, dengan taksiran kerugian mencapai Rp. 7 juta dan prakiraan luas area terdampak 40 M².
Sebaran kejadian berdasarkan wilayah, Kecamatan Cikole menempati peringkat tertinggi (31 kali), disusul Kecamatan Lembursitu (29 kali) dan Kecamatan Baros (26 kali) serta disusul Kecamatan Warudoyong (23 kali) dan Kecamatan Cibeureum (20 kali). Laporan yang terendah berasal dari Kecamatan Gunung Puyuh (17 kali) dan Citamiang (17 kali).
- Cikole 31 kali, dengan nilai kerugian mencapai Rp. 2.3 milyar , dengan prakiraan luas area terdampak mencapai 9.605 M²;
- Lembursitu 29 kali, dengan nilai kerugian mencapai Rp. 1 milyar dengan prakiraan luas area terdampak mencapai 5.872 M²;
- Baros 26 kali, dengan nilai kerugian mencapai Rp. 3.1 milyar dengan prakiraan luas area terdampak mencapai 27.904 M²;
- Warudoyong 23 kali, dengan nilai kerugian mencapai Rp. 893 juta dengan prakiraan luas area terdampak mencapai 4.865 M²;
- Cibeureum 20 kali, dengan nilai kerugian mencapai Rp. 2.5 milyar dengan prakiraan luas area terdampak mencapai 15.937 M²;
- Citamiang 17 kali, dengan nilai kerugian mencapai Rp. 543 juta dengan prakiraan luas area terdampak mencapai 1.048 M²;
- Gunung Puyuh 17 kali, dengan nilai kerugian mencapai Rp. 526 juta dengan prakiraan luas area terdampak mencapai 1.870 M²;
- Gempa bumi yang dirasakan oleh seluruh wilayah kecamatan sebanyak 3 kali.
Sebaran kejadian berdasarkan Kalender Periode Januari s/d 31 Oktober 2022, terdapat lonjakan tinggi pada Bulan Februari 35 kejadian, Bulan Oktober 30 kejadian, Bulan September 27 kejadian, Juni 18 kejadian, dan Juli 16 kejadian, disusul Bulan Januari 13 Kejadian, Bulan Mei 11 kejadian, Bulan Agustus 7 kejadian, Bulan Maret 5 kejadian, terendah Bulan April 4 kejadian.
Sumber: BPBD Kota Sukabumi
0 Tanggapan