Bonus dapat diberi arti keuntungan tambahan. Di dalam kehidupan kita tentu pernah mendengar orang berkata: ” Saya sudah menerima bonus dari perusahaan”.
Satu dekade ini, istilah “bonus demografi” menjadi tren sebagai tajuk perbincangan, baik di dunia nyata atau pun di ruang maya. Bonus demografi ini dapat ditafsrikan sebuah keuntungan besar bagi suatu negara karena penduduk usia produktif menempati piramida bagian tengah dengan jumlah yang cukup signifikan.
Dampak darinya, dengan signifikansi jumlah usia produktif tersebut, penduduk berusia antara 15 sampai 65 tahun, diharapkan pada tahun 2030 akan dapat memenuhi kebutuhan penduduk nonproduktif.
Merujuk kepada hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah generasi Z dan millennial merupakan kelompok umur yang lebih mendominasi jika dibandingkan dengan kategori generasi sebelumnya. Dengan jumlah ini, generasi Z dan millennial memiliki peran penting sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan.
Sementara itu, rilis hasil Sensus Penduduk tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi menunjukkan dari keseluruhan jumlah penduduk Kota Sukabumi sebanyak 346.325 kelompok usia produktif menempati jumlah terbesar pada persentasi 68.76% atau sebanyak 238.141 orang. Dapat diperkirakan, kelompok usia 0-10 tahun pada saat ini akan menempati kategori usia produktif sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan., Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2030 diperkirakan sebesar 73.9%.
Dapat dikatakan genrasi Z dan millennial merupakan komunitas yang masih segar, cemerlang, dan siap menghadapi kehidupan dengan penuh semangat. Meskipun tetap saja harus diberi semangat oleh generasi sebelumnya.
Selain itu, meskipun penduduk usia produktif lebih besar secara kuantitas, upaya-upaya untuk meraih keuntungan dari bonus demografi menjadi prasyarat mutlak. Bonus demografi tidak dapat diraih begitu saja. Permasalahan yang dihadapi oleh negara ini sejak pandemi Covid-19 dan harus disikapi serius yaitu eskalasi jumlah pengangguran.
Situasi ini telah dibuktikan oleh beberapa hasil riset lembaga survey. Pandemi telah mengubah fenomena dan penampakan sosial masyarakat. Di antaranya, jumlah pengangguran meningkat yang pada akhirnya membawa dampak terhadap kenaikan jumlah angka kemiskinan. Sebagai contoh, jumlah pengangguran terbuka di Kota Sukabumi merujuk kepada SP 2020 sebanyak 16.955 orang atau 4.9% dari jumlah keseluruhan.
Pemerintah harus mencari solusi dan menyiapkan cara maksimal untuk mempersiapkan generasi Z dan millennial berkualitas. Langkah yang dapat ditembuh antara lain meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Upaya tersebut sudah tentu harus satu alur dengan program pemulihan ekonomi agar kurva jumlah penduduk miskin melandai bersamaan dengan penanggulangan pandemi.
Jumlah angka kemiskinan di Kota Sukabumi tahun 2020 sebesar 7.70% berada pada kisaran angka 25.420 orang. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 1.03% dari jumlah satu tahun silam. Artinya, jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak ± 3.500 orang dalam satu tahun.
Mempersiapkan Generasi Berkualitas
Mempersiapkan generasi Z dan millennial berkualitas dan memiliki kompetensi sama artinya dengan merancang sumber daya manusia (SDM) unggul untuk menghadapi masa depan. Apalagi di tahun 2045 nanti, negara ini kelak akan memasuki usia emas. Harapannya, eksistensi generasi berkualitas dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup.
Sebaliknya, jika bonus demografi ini tidak disiapkan dan dimanfaatkan secara serius justru akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan. Jumlah pengangguran akan semakin meningkat. Generasi Z dan millennial yang semestinya menjadi potensi dan hadiah bagi kehidupan malah mewujud menjadi beban negara dan daerah. Padahal, bonus demografi merupakan peluang langka yang dialami oleh suatu negara.
Harus diakui, pemerintah dari pusat hingga daerah bahkan seluruh negara di dunia sedang mengalami keterkejutan massal. Pandemi global yang disebabkan oleh coronavirus disease 2019 sama sekali tidak terprediksi sebelumnya. Selama satu tahun lalu hingga setahun ke depan, fokus perhatian pembangunan setiap negara menyasar pada program pemulihan kesehatan dan perekonomian. Pendidikan sebagai basis penciptaan sumber daya unggulan mengalami degradasi atau paling tidak penurunan karena warga pendidikan harus beradaptasi dengan pola, cara, dan bentuk pembelajaran baru.
Kegiatan peningkatan kualitas SDM dengan sasaran generasi Z dan millennial dalam bentuk pendidikan dan pelatihan juga mengalami pengenduran. Meskipun pandemi telah melahirkan banyak inovasi dan orang-orang kreatif, tetapi dalam iklim demokrasi, program dan alokasi anggaran harus benar-benar memperlihatkan prinsip dari, oleh, dan untuk the many, bukan hanya didomonasi oleh the few. Dari sinilah, pemerintah bersama masyarakat harus mengedepankan semangat bahu-membahu selama masa pemulihan berbagai fitur kehidupan.
Kontraksi ekonomi dialami oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Beberapa pedagang kaki lima dan warung-warung kecil mengalami penurunan pemasukan pada kisaran 30-40% dari beberapa tahun sebelumnya. Di satu semester setelah pandemi, hal tersebut kemungkinan besar sebagai pengaruh peralihan cara berbelanja masyarakat dari luring ke platform belanja daring. Secara berangsur, kontraksi ini mulai memulih, kisaran omzet para pelaku UMKM yang belum memanfaatkan saluran daring dalam mengembangkan usahanya mulai meningkat kembali pada kisaran 80% per hari setelah setahun pandemi.
Harus diakui, berbagai platform usaha daring rata-rata dikuasai oleh generasi millennial. Mereka tidak sekadar melek internet dan hanya memanfaatkan penggunaan kuota secara percuma. Pandemi juga telah membuka hikmah baru terhadap pemanfaatan kemajuan infotech pada hal hal semestinya. Jangan heran jika laman-lama media sosial dibanjiri oleh promosi produk, layanan belanja daring, dan tawaran berbagai kuliner serta keperluan rumah tangga yang siap pesan dan antar kepada pelanggan.
Beberapa pengamat sosial menyebutkan –di samping membawa berkah bagi kelompok tertentu- pandemi juga dapat mengancam bonus demografi. Dampak pandemi terhadap berbagai bidang dan fitur kehidupan. Beberapa perusahaan terpaksa memberhentikan karyawannya demi meminimalisasi biaya operasional perusahaan. Bagaimana juga, tidak ada perusahaan yang ingin rugi di masa keleusuan perekonomian.
Anggaran yang telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk program perlindungan sosial juga begitu besar, beberapa triliun digelontorkan untuk menyangga perekonomian, agar geriap perekonomian di masyarakat tetap bergelombang. Anggaran yang seharusnya diprioritaskan mendukung program peningkatan kualitas sumber daya manusia dialihkan ke program lain untuk memutus penyebaran virus korona.
Tidak hanya dialami oleh pemerintah pusat, pemerinta daerah juga dituntut melahirkan upaya untuk memutus mata rantai penularan virus korona. Refocusing anggaran, memusatkan anggaran tahun 2021 pada program untuk menanggulangi virus korona telah menjadi kebijakan setiap pemerintah daerah, termasuk Kota Sukabumi.
Sudah tentu, pengalihan anggaran ini akan berpengaruh pada program lain yang telah direncanakan selama satu tahun lalu. Di sisi lain, masyarakat dan pemerintah harus semaksimal mungkin menciptakan cara untuk meningkatkan kualitas generasi Z dan millennial.
Jauh sebelum pandemi, pendidikan dan pelatihan kepada usia angkatan kerja telah menjadi program unggulan pemerintah. Sifat programnya juga memerhatikan keberlanjutan dan keberpihakan bagi kelompok sasaran. Selama pandemi, beragam kegiatan untuk meningkatkan SDM mengalami stagnasi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya sungguh-sungguh, kerjasama, dan kekompakan seluruh unsur dalam menyiapkan generasi Z dan millennial guna menghadapi bonus demografi tahun 2030 mendatang. Keberadaan daerah dan negara di masa depan sangat tergantung kepada upaya dan ikhtiar kita di masa kini.
Dimuat Radar Sukabumi, Kamis 05 Maret 2021
#Headline
#Kolom
Satu dekade ini, istilah “bonus demografi” menjadi tren sebagai tajuk perbincangan, baik di dunia nyata atau pun di ruang maya. Bonus demografi ini dapat ditafsrikan sebuah keuntungan besar bagi suatu negara karena penduduk usia produktif menempati piramida bagian tengah dengan jumlah yang cukup signifikan.
Dampak darinya, dengan signifikansi jumlah usia produktif tersebut, penduduk berusia antara 15 sampai 65 tahun, diharapkan pada tahun 2030 akan dapat memenuhi kebutuhan penduduk nonproduktif.
Merujuk kepada hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah generasi Z dan millennial merupakan kelompok umur yang lebih mendominasi jika dibandingkan dengan kategori generasi sebelumnya. Dengan jumlah ini, generasi Z dan millennial memiliki peran penting sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan.
Sementara itu, rilis hasil Sensus Penduduk tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi menunjukkan dari keseluruhan jumlah penduduk Kota Sukabumi sebanyak 346.325 kelompok usia produktif menempati jumlah terbesar pada persentasi 68.76% atau sebanyak 238.141 orang. Dapat diperkirakan, kelompok usia 0-10 tahun pada saat ini akan menempati kategori usia produktif sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan., Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2030 diperkirakan sebesar 73.9%.
Dapat dikatakan genrasi Z dan millennial merupakan komunitas yang masih segar, cemerlang, dan siap menghadapi kehidupan dengan penuh semangat. Meskipun tetap saja harus diberi semangat oleh generasi sebelumnya.
Selain itu, meskipun penduduk usia produktif lebih besar secara kuantitas, upaya-upaya untuk meraih keuntungan dari bonus demografi menjadi prasyarat mutlak. Bonus demografi tidak dapat diraih begitu saja. Permasalahan yang dihadapi oleh negara ini sejak pandemi Covid-19 dan harus disikapi serius yaitu eskalasi jumlah pengangguran.
Situasi ini telah dibuktikan oleh beberapa hasil riset lembaga survey. Pandemi telah mengubah fenomena dan penampakan sosial masyarakat. Di antaranya, jumlah pengangguran meningkat yang pada akhirnya membawa dampak terhadap kenaikan jumlah angka kemiskinan. Sebagai contoh, jumlah pengangguran terbuka di Kota Sukabumi merujuk kepada SP 2020 sebanyak 16.955 orang atau 4.9% dari jumlah keseluruhan.
Pemerintah harus mencari solusi dan menyiapkan cara maksimal untuk mempersiapkan generasi Z dan millennial berkualitas. Langkah yang dapat ditembuh antara lain meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Upaya tersebut sudah tentu harus satu alur dengan program pemulihan ekonomi agar kurva jumlah penduduk miskin melandai bersamaan dengan penanggulangan pandemi.
Jumlah angka kemiskinan di Kota Sukabumi tahun 2020 sebesar 7.70% berada pada kisaran angka 25.420 orang. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 1.03% dari jumlah satu tahun silam. Artinya, jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak ± 3.500 orang dalam satu tahun.
Mempersiapkan Generasi Berkualitas
Mempersiapkan generasi Z dan millennial berkualitas dan memiliki kompetensi sama artinya dengan merancang sumber daya manusia (SDM) unggul untuk menghadapi masa depan. Apalagi di tahun 2045 nanti, negara ini kelak akan memasuki usia emas. Harapannya, eksistensi generasi berkualitas dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup.
Sebaliknya, jika bonus demografi ini tidak disiapkan dan dimanfaatkan secara serius justru akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan. Jumlah pengangguran akan semakin meningkat. Generasi Z dan millennial yang semestinya menjadi potensi dan hadiah bagi kehidupan malah mewujud menjadi beban negara dan daerah. Padahal, bonus demografi merupakan peluang langka yang dialami oleh suatu negara.
Harus diakui, pemerintah dari pusat hingga daerah bahkan seluruh negara di dunia sedang mengalami keterkejutan massal. Pandemi global yang disebabkan oleh coronavirus disease 2019 sama sekali tidak terprediksi sebelumnya. Selama satu tahun lalu hingga setahun ke depan, fokus perhatian pembangunan setiap negara menyasar pada program pemulihan kesehatan dan perekonomian. Pendidikan sebagai basis penciptaan sumber daya unggulan mengalami degradasi atau paling tidak penurunan karena warga pendidikan harus beradaptasi dengan pola, cara, dan bentuk pembelajaran baru.
Kegiatan peningkatan kualitas SDM dengan sasaran generasi Z dan millennial dalam bentuk pendidikan dan pelatihan juga mengalami pengenduran. Meskipun pandemi telah melahirkan banyak inovasi dan orang-orang kreatif, tetapi dalam iklim demokrasi, program dan alokasi anggaran harus benar-benar memperlihatkan prinsip dari, oleh, dan untuk the many, bukan hanya didomonasi oleh the few. Dari sinilah, pemerintah bersama masyarakat harus mengedepankan semangat bahu-membahu selama masa pemulihan berbagai fitur kehidupan.
Kontraksi ekonomi dialami oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Beberapa pedagang kaki lima dan warung-warung kecil mengalami penurunan pemasukan pada kisaran 30-40% dari beberapa tahun sebelumnya. Di satu semester setelah pandemi, hal tersebut kemungkinan besar sebagai pengaruh peralihan cara berbelanja masyarakat dari luring ke platform belanja daring. Secara berangsur, kontraksi ini mulai memulih, kisaran omzet para pelaku UMKM yang belum memanfaatkan saluran daring dalam mengembangkan usahanya mulai meningkat kembali pada kisaran 80% per hari setelah setahun pandemi.
Harus diakui, berbagai platform usaha daring rata-rata dikuasai oleh generasi millennial. Mereka tidak sekadar melek internet dan hanya memanfaatkan penggunaan kuota secara percuma. Pandemi juga telah membuka hikmah baru terhadap pemanfaatan kemajuan infotech pada hal hal semestinya. Jangan heran jika laman-lama media sosial dibanjiri oleh promosi produk, layanan belanja daring, dan tawaran berbagai kuliner serta keperluan rumah tangga yang siap pesan dan antar kepada pelanggan.
Beberapa pengamat sosial menyebutkan –di samping membawa berkah bagi kelompok tertentu- pandemi juga dapat mengancam bonus demografi. Dampak pandemi terhadap berbagai bidang dan fitur kehidupan. Beberapa perusahaan terpaksa memberhentikan karyawannya demi meminimalisasi biaya operasional perusahaan. Bagaimana juga, tidak ada perusahaan yang ingin rugi di masa keleusuan perekonomian.
Anggaran yang telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk program perlindungan sosial juga begitu besar, beberapa triliun digelontorkan untuk menyangga perekonomian, agar geriap perekonomian di masyarakat tetap bergelombang. Anggaran yang seharusnya diprioritaskan mendukung program peningkatan kualitas sumber daya manusia dialihkan ke program lain untuk memutus penyebaran virus korona.
Tidak hanya dialami oleh pemerintah pusat, pemerinta daerah juga dituntut melahirkan upaya untuk memutus mata rantai penularan virus korona. Refocusing anggaran, memusatkan anggaran tahun 2021 pada program untuk menanggulangi virus korona telah menjadi kebijakan setiap pemerintah daerah, termasuk Kota Sukabumi.
Sudah tentu, pengalihan anggaran ini akan berpengaruh pada program lain yang telah direncanakan selama satu tahun lalu. Di sisi lain, masyarakat dan pemerintah harus semaksimal mungkin menciptakan cara untuk meningkatkan kualitas generasi Z dan millennial.
Jauh sebelum pandemi, pendidikan dan pelatihan kepada usia angkatan kerja telah menjadi program unggulan pemerintah. Sifat programnya juga memerhatikan keberlanjutan dan keberpihakan bagi kelompok sasaran. Selama pandemi, beragam kegiatan untuk meningkatkan SDM mengalami stagnasi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya sungguh-sungguh, kerjasama, dan kekompakan seluruh unsur dalam menyiapkan generasi Z dan millennial guna menghadapi bonus demografi tahun 2030 mendatang. Keberadaan daerah dan negara di masa depan sangat tergantung kepada upaya dan ikhtiar kita di masa kini.
Dimuat Radar Sukabumi, Kamis 05 Maret 2021
0 Tanggapan